Cerpen : Sahabat Pena


Memiliki sahabat pena adalah sebuah pengalaman berharga bagiku. Bukan hanya sekedar sahabat pena, tetapi juga sahabat kecilku, kami biasa bermain bersama, dan sudah seperti saudara, panggil saja Adel. Kami mulai bersahabat pena semenjak kepindahan Adel ke Magelang, Jawa Tengah dikarenakan Orang Tuanya yang pindah tugas ke Magelang dalam pekerjaannya.

Kepindahan Adel kala itu, disaat usia kami menginjak 7 tahun dan kala itu juga kami naik ke kelas 2 sekolah dasar. Rasa sedih sangat terasa bagi kami, walaupun saat liburan tiba kami akan bertemu tetap saja sedih itu selalu menghampiri.

¯

Hingga pada suatu hari, beberapa bulan setelah kepindahan Adel. Disuatu siang menjelang sore yang biasanya pada saat itu anak-anak kecil sepertiku baru saja bangun dari tidur siangnya.
Saat Aku keluar kamar telihat Ibuku sedang menyapu lantai, ketika Ibu melihatku beliau lalu memanggilku dan memberi tahu ku sesuatu...

“Kamu sudah bangun, itu ada surat dari Adel di lemari nak” Kata Ibu
“Surat? Adel ngirim surat buatku Bu?” tanyaku terheran-heran
“Iya tadi Ibu kira surat dari siapa, setelah Ibu lihat alamatnya ternyata surat dari Adel, Ayo coba dibuka suratnya” Kata Ibu

Aku pun segera mengambil dan membuka surat berwarna pink dan bergambar kartun snoopy itu dengan rasa penasaran yang tinggi. Di dalam surat tersebut Adel menuliskan kehidupan barunya di Magelang, tentang sekolah barunya dan keadaan Kota Magelang, Jawa Tengah, tulis Adel dalam surat perdananya padaku. Hatiku merasa sangat bahagia mendapati Adel sahabatku masih mengingatku semenjak kepindahannya.

Malam harinya aku menghampiri Ibuku yang sedang membaca sebuah majalah di ruang tamu.

“Bu, sedang sibuk kah?”
“Tidak sayang, ada apa?”
“Ehm, apakah ibu bisa membantuku membuat surat balasan untuk Adel? Terus terang Aku belum mengerti cara membuat surat dan disekolah belum diajarkan Bu” kata ku.
“Dengan senang hati ibu akan mengajarkan mu sayang, kemarilah.” kata ibu lalu menyuruhku untuk duduk disebelahnya.

Malam itu Aku isi dengan belajar membuat surat untuk Adel, dari situ Aku mengerti bagian-bagian surat dan apa saja yg harus Aku di tulis di surat dalam suratku untuk Adel. Setelah surat selesai dibuat, Aku memasukkannya ke dalam amplop.
“Nah sekarang kamu tuliskan alamat rumah Adel dibagian depan Amplop dan menuliskan alamat rumahmu dibagian belakang amplop. Setelah itu Kau tempelkan perangko disebelah kanan atas dibagian depan amplop.”
Aku melakukan apa yang Ibuku perintahkan hingga akhirnya surat itu selesai ku buat dan siap untuk ku kirimkan.
“Oke sudah selesai, kapan surat ini ku kirim Bu?” tanya ku
“Secepatnya, besok Ayah akan mengantarkan mu ke kantor pos terdekat” Jawab ibu.
“Baiklah Bu, terima kasih telah membantuku” kataku
“Sama-sama nak, Ibu bangga padamu” jawab ibuku
Ibuku memang yang terbaik yang ku miliki. Berkat Ibu Aku belajar banyak hal darinya.

Keesokkan harinya selepas sholat maghrib Ayahku mengantarkanku ke Kantor Pos terdekat untuk mengirimkan suratku. Setelah terlihat sebuah kantor pos disebelah kiri jalan Ayahku segera menepikan motornya. Aku datang pada malam hari sehingga Kantor Pos tersebut sudah tutup. Tetapi Ayah memberi tahuku untuk memasukkannya ke kotak orange yang terletak tepat didepan Kantor Pos tersebut.
“Kamu lihat kotak pos berwarna orange itu kan?” tanya Ayah padaku sambil menunjuk ke arah kotak pos tersebut.
“Iya yah, Aku lihat” jawabku
“Nah kamu masukan surat ini ke dalam kotak itu ya” kata Ayah
“Baik yah” kataku segera mendekati kotak pos tersebut lalu memasukkan suratku, setelah itu kamu kembali kerumah, tak lupa ku ucapkan terima kasih kepada Ayahku yang telah membantuku.

Perasaanku lega sekali karena bisa membalas surat dari Adel serta bisa belajar membuat surat dan memposkannya. Aku berterima kasih sekali kepada Ibu dan Ayah berkat mereka aku belajar tentang surat yang telah ku buat ini. Aku berharap Adel senang menerima surat yang ku telah kirimkan padanya.

¯

Beberapa waktu berlalu, Aku menerima kembali surat balasan dari Adel dan membalas surat tersebut, seperti yang sudah diajarkan Ayah dan Ibu bahkan aku sudah bisa membuatnya sendiri tanpa bantuan Ibu, beliau hanya tinggal mengoreksinya saja dan Ayah senantiasa mengantarkanku ke Kantor Pos.  Dalam surat kami kali ini, tidak hanya surat yang kami tulis tetapi, kami juga saling menyelipkan kenang-kenangan berupa kartu nama dan lain-lainnya.

Hingga akhirnya kemajuan teknologi yang pesat membuat kami tidak menggunakan surat lagi melainkan menggunakan ponsel (handphone). Walaupun begitu, tentu saja kami tidak melupakan kegiatan surat menyurat kami dulu, kami masih mengingatnya, bahkan masing-masing dari kami masih saling menyimpan surat-surat tersebut. Kami jadikan hal ini sebagai pengalaman kami menjadi sahabat pena.

SELESAI

Adel : Adelia Larasati

No comments:

Post a Comment